Pertanyaan yang paling sering saya dapatkan adalah, “Apa sih dok perbedaan Functional Medicine dengan Naturopath?”
Jenis pelayanan medis yang paling banyak kita temukan di Indonesia adalah Conventional Medicine & Alternative Medicine. Namun sebenarnya ada beberapa jenis pengobatan lain yang juga bisa kita temukan disini, seperti Naturopati, Holistik, Integrative & Functional Medicine. Mari kita lihat, apa saja perbedaan mereka:
Conventional Medicine:
Conventional medicine adalah bentuk pelayanan medis yang paling umum kita temui di Indonesia dan dunia saat ini. Conventional medicine adalah western medicine, bentuk ilmu kedokteran yang kurikulumnya umum diajarkan di berbagai fakultas kedokteran di seluruh dunia.
Dalam sistem ini, dokter menangani pasien dengan mengelompokkan gejala-gejala yang ada sesuai nama penyakitnya, memberi diagnosa kemudian memberi resep berisi obat-obatan farmasi sesuai dengan nama penyakitnya atau menganjurkan operasi, kemoterapi, radiasi dan jenis pemeriksaan penunjang tambahan lainnya. Konsep seperti ini disebut dengan konsep reductionistic (lawannya holistic), dimana penanganan penyakit dilihat dari gejala yang muncul sesuai organnya.
Kelebihan pada sistem ini adalah penanganan yang cepat dan tepat pada kondisi kegawatdaruratan seperti pada kasus-kasus perdarahan, dehidrasi, kerusakan organ serta gangguan kesadaran yang semuanya perlu tindakan cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Kekurangan dari sistem ini adalah kegagalannya dalam menangani penyakit-penyakit kronis karena sebagian besar penyakit kronis berakar dari ketidakseimbangan metabolisme berbagai sistem tubuh yang tidak teratasi bila hanya menggunakan obat-obatan.
Naturopati:
Naturopati adalah sistem pelayanan kesehatan yang lebih banyak berkembang di negara-negara seperti Amerika & Eropa. Indonesia punya beberapa praktisi Naturopati yang mendapatkan gelarnya dari kedua benua tersebut.
Jalur pendidikan dan gelar bagi para Naturopath (sebutan untuk praktisi Naturopati) sifatnya sama persis dengan Conventional Medicine. Mereka harus menempuh kurikulum yang sama dengan para dokter di Conventional Medicine sebelum mendapatkan gelarnya.
Perbedaan yang jelas adalah, praktisi Naturopati cenderung menggunakan pendekatan herbal untuk mengobati penyakit, meskipun ada beberapa praktisinya yang juga menerapkan pendekatan lain seperti akupuntur dan homeopati.
Pengobatan Holistik:
Sebenarnya pengobatan holistik bukanlah suatu bidang khusus yang memiliki institusi pendidikan resmi dan memberi gelar resmi pada praktisinya, melainkan adalah suatu konsep yang menggambarkan bagaimana seseorang membantu pasien dalam mengatasi keluhan kesehatannya dengan melihat berbagai faktor diluar keluhannya saja. Misalnya ada pasien batuk, jika ditangani secara holistik maka pasien ini seharusnya tidak hanya diberi obat batuk tapi juga dibantu dengan fisioterapi untuk mengencerkan lendir serta diperbaiki pola makan dan hidupnya yang sekiranya berkaitan dengan munculnya gejala batuk (contoh: merokok).
Jadi, konsep pengobatan holistik bisa digunakan dalam bidang medis manapun, baik konvensional, naturopati, alternatif atau lainnya.
Kelebihan praktisi medis yang menggunakan konsep ini dalam prakteknya adalah mampu membantu pasien lebih baik karena lebih banyak imbalance metabolik yang teratasi. Manfaat bagi pasien sendiri adalah berkurangnya gejala lebih signifikan dan manfaat pengobatan lebih optimal.
Integrative Medicine:
Konsep Integrative Medicine lebih mengarah pada pendekatan non medis yang digunakan sebagai alternatif obat-obatan. Institusi pendidikannya menawarkan berbagai bidang keahlian yang bisa dipelajari beserta gelarnya, seperti Ayuverda, Akupuntur, Chinese Medicine, Herbal Medicine, Yoga, Message Therapy, Biomedicine & Health Coaching.
Sistem ini umumnya masih menggunakan konsep reductionistic (pengelompokan gejala dan diagnosa) seperti pada Conventional Medicine, hanya pendekatan terapinya yang berbeda.
Alternative Medicine:
Bentuk Alternative Medicine di dunia sangat beragam definisinya terlebih di Indonesia. Konsep ini ada yang diartikan sebagai bentuk pengobatan non medis dan non natural (perdukunan), ada juga yang memasukkan sebagian praktek Integrative Medicine kedalamnya seperti yoga, herbal & message therapy bahkan akupuntur.
Karena terlalu luas dan punya definisi beragam, maka tidak ada satu standar spesifik yang terukur untuk menggambarkan konsep ini.
Functional Medicine:
Functional Medicine adalah suatu bentuk pelayanan medis abad 21 yang mengutamakan pencarian root cause dari suatu kondisi penyakit, melibatkan seluruh interaksi biokimia sistematis untuk memperbaiki kondisi pasien.
Di dalam Functional Medicine, kesehatan tubuh manusia secara general berawal di tingkat seluler, oleh karena itu kita dapat melihat mengapa obat-obatan saja tidak cukup mengatasi masalah. Kita harus memulihkan keseimbangan metabolisme di tingkat seluler dulu sebelum dapat mengurangi gejala yang terjadi di tingkat jaringan & organ.
Functional Medicine menggabungkan seluruh modalitas terapi yang telah kita bahas diatas, mulai dari Conventional hingga Integrative Medicine sesuai dengan kebutuhan personal pasien. Prinsip ‘There is No One Size Fits All Approach’ (tidak ada satu jenis terapi apapun yang bisa cocok untuk semua orang) digunakan dalam Functional Medicine guna membantu pasien benar-benar dapat mencapai tujuan sehat personalnya.
Dalam prakteknya, seorang praktisi Functional Medicine dapat saja merujuk pasiennya ke dokter spesialis bedah jantung sekaligus pada seorang massage therapy, akupuntur & psikolog. Dia juga akan membuatkan pasien-pasiennya rencana pola makan & lifestyle khusus yang bersifat sangat personal disesuaikan dengan kebutuhan biokimiawi pasien. Seperti yang dikatakan oleh bapak Functional Medicine dr. Jeffrey Bland, “Functional Medicine is a true health care, not sick care”.
Pernahkah anda berinteraksi dengan salah satu dari ke-enam praktek pelayanan kesehatan diatas? Bagaimana kesan yang anda dapatkan?